Alhamdulillah. Syukur yang ketidakterhinggan dipanjatkan
ke hadrat ilahi yang masih mengizinkan jari-jemari saya memadah sepatah dua di
dada sesawang ini. Keberadaan kita dalam hari-hari tasyrik, yakni 11, 12 dan 13
Zulhijjah menyaksikan semalam merupakan tanggal eiduladha buat semua umat Islam
di seantero dunia. Peristiwa Nabi Ibrahim a.s. yang diwahyukan oleh Allah
supaya menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s. acap menjadi motif ulangan di
persada ceramah di surau-surau dan masjid. Namun penyampaian yang lebih segar
dapat saya nikmati tatkala bertandang ke Surau An-Nur di perbukitan KIY pada khamis
lepas. Alhamdulillah, kiranya sisa-sisa masa dalam luang transisi Maghrib-Isyak
itu tidak dipersia sewenangnya. Berbagi sepenuh yang termampu, kesetiaan yang
tidak berbelah terhadap wahyu Tuhannya sehingga tidak lagi memiliki rasa wujud
diri menjadi simbol ketinggian tauhid yang perlu diteladani dan menjadi teras
ultimatum dalam kembali memperkasakan umat Islam masa kini. Ya, satu penjiwaan yang
sukar dimalarkan oleh kita sebagai insan yang penuh kealpaan. Korban yang dimanifestasikan
sayugia bukan hanya digahkan sebagai suatu simbolik semata-mata bahkan perlu
lebih pragmatik dengan memangkas segala kurtosis kemaksiatan yang pernah
dilakukan sebelum ini. Justeru, mudah-mudahan Allah mengizinkan eiduladha kali
ini menjadi titik tolak dalam usaha kita untuk menjadi hamba Allah yang lebih
baik dari hari ke hari, di samping usia yang semakin menokok dan ajal yang
sudah pasti menghampiri. Allahua’lam.
*Secebis nota yang tertaip pada 6/10 dan tertangguh dan
akhirnya diizinkan sempurna pada 9/10]...
No comments:
Post a Comment